Monday, 27 October 2025

The Strokes di GBK Sport Complex Jul 2023

“I don’t wanna change your mind.. I don’t wanna change the world.. I just wanna watch it go by”

The Strokes adalah band favorit yang baru ku temukan ketika SMA. Dari album Is This It sampai The New Abnormal masih mengikuti walau mulai Angles cukup menurun jumlah lagu dalam 1 album yang disuka. Tiga album pertama bisa menyukai 100% lagu didalam album tersebut. Sungguh jarang aku menemukan lagi band yang ku suka dan mendengarkan full album lebih dari 2. Dan tentunya ditambah mengidolakan Julian Casablancas dan attitude nya hahaha.

Ini adalah pertama kali-nya The Strokes ke Indonesia dengan waktu yang sangat tepat dengan timeline-ku yang sudah kembali ke dunia persilatan setelah melahirkan. Saat itu tidak menyangka ada yang bawa The Strokes kesini. Terima kasih We The Fest!

Karena ini format festival jadi sebelumnya ada beberapa penampil yang aku tidak tahu siapa saja haha mohon maaf. Sampai di GBK sekitar jam 10 agar bisa didepan (cukup ambisius untuk melihat Jules) lalu membeli air mineral dan melihat booth makanan sejenak.  Setelah penampil sebelum The Strokes selesai mulai mendesak mengikuti gerombolan mas-mas yang juga ingin didepan dan sekitar jam 11 malam Jules cs masuk ke panggung. Dimulai dengan THE MODERN AGE!!!! 

1. Bernyanyi dengan melodi gitar

Sebetulnya ini adalah jokes-ku dengan suami ketika mendengarkanku menyanyikan salah satu lagu the strokes dan yang paling lantang adalah bagian melodi gitar hahaha. Karena itu aku mencoba mengingat nanti kalo pas nonton live lebih baik aku nyanyikan dalam hati saja melodi gitar itu agar tidak terdengar freak haha. Namun ternyata semua orang menyanyikan melodi gitar! Paling keras dimulai ketika intro The Adults Are Talking kemudian You Only Live Once.. “teterereret tet tet tereret!”.. sangat tidak menyangka hahaha paling santer lagi ketika masuk Hard To Explain dan lagu terakhir. Menyanyikan melodi gitar berjamaah.


2. Julian, julian, julian

Dulu kalo nonton di youtube ketika live suka mikir ini orang niat apa ga sih tapi kok ya tetep keren. Secara suara tidak jelek-jelek amat tapi juga tidak bagus-bagus amat tapi aku suka. Kesan Julian yang tidak niat tapi terlihat sedikit canggung tapi juga cuek sangat tergambar di panggung. Ketika ada fans berkaos Misfits yang mau mainin Juicebox (yang ternyata itu drummernya Sajama Cut, penonton bilang “kasih tau dam!”)  itu semacam ikut deg-degan apakah akan lancar sampai kelar lagu haha. Tapi semua berjalan dengan sesuai dan diapresiasi oleh Jules, “Great job man, fuck yea man”. Julian bilang kalo ini magical night dan akan balik lagi ke Jakarta. Aku ga paham magical dari sisi mana-nya tapi kayaknya dia ga nyangka di Jakarta ternyata The Strokes punya banyak fans yang beneran sing along dari awal sampai akhir hahaha (se-melodi gitar-nya)


3. Tersenyum sepanjang konser

Dengan segala effort perjalanan ke Jakarta bersama anak 1 tahun yang masih harus masak sendiri (belum rela memberikan makanan jajanan dari luar buat anak :D) jadi kami memesan apartment yang ada dapurnya dan membawa panci teflon di koper kami hahaha dan membeli bahan masakan dan beras secara online. Perjalanan mengantar ibu nonton konser ini penuh persiapan tapi juga penuh experience dan sekalian banyak kuliner dengan suami (makanan bapak ibunya tidak perlu masak haha). Dengan persiapan  tetek bengek itu membuat perasaan didepan panggung bener-bener 100% fun bahkan tidak ada sentimental feeling apapun haha karena Julian yang begitu kali ya. Crowd-nya juga begitu fun dan hampir mostly sing along semua. Jadi bener-bener hanya cengengesan dan nyanyi terus (masih lucu ketika menyanyikan melodi gitar bersama ahaha). Setlist didominasi Room On Fire, Is This It,  lalu First Imppression. Tidak menyangka Meet Me In The Bathroom dan Welcome To Japan di bawakan :””D Tapi yang favorit ketika Under Control dan Hard To Explain!!!! Semua lagu suka semuaa!!

Sejumlah 16 lagu selesai dibawakan di pukul 00.30 pagi dengan Reptilia sebagai lagu terakhir. Sudah pasti kalo ada The Strokes deket-deket sini akan nonton lagi. Ini adalah band yg bisa ku tonton berkali-kali!! Thanks The Strokes. Love Julian.



Thursday, 23 October 2025

Green Day di Carnaval Ancol Feb 2025

“It’s something unpredictable.. But in the end it’s right.. I hope you had the time of your life”

Green Day adalah salah satu band yang masuk di top 5 band yang harus ku tonton. Walau start dengerin green day adalah basket case lalu loncat ke album American Idiot duluan. Namun Green Day adalah salah satu band yang ku lanjut kulik album-album sebelumnya, dari album Kerlpunk sampai paling akhir diikuti ya 21st Century Breakdown. Setiap album pasti ada lagu favorit. Meskipun kalau album favorit tetep Dookie baru American Idiot.

Tahun 2020 Green Day mengadakan tour dan mampir Singapore. Betapa kegirangannya waktu itu! Waktu itu masih berdua saja bersama suami, kami rencakan dan book semua akomodasi untuk menonton band favorit dari SMP. Namun kita ga pernah tau covid bakal membuat semuanya gagal. Tiket menonton tentu di refund. Tapi semua akomodasi pemerbangan tentu saja hangus. Dan paling sedih jadinya tidak kesampaian nonton, ya bagaimana lagi seluruh dunia juga begini.

Hingga akhirnya Ravel mengumumkan Green Day akan dibawa ke Jakarta setelah 6 tahun pupus dan hangus itu. Tanpa berpikir panjang dengan uang yang telah dikumpulkan marilah kita wujudkan yang dulu tidak kesampaian itu. Karena ingin menyaksikan dengan suami alhasil kita boyong juga mbak yang menjaga anak kami ke Jakarta, ini akan menjadi pertama kali dia ditinggal bapak ibunya menonton konser dan di tempat yg baru. Dia pun mendapat pengalaman untuk dipelajari (kamu harus mulai terbiasa nak)

Acara di mulai pukul 20.00 dan diakhiri sekitar 22.00 dengan membawakan 24 lagu. Dibuka dengan Bohemian Rhapsody dan Blizkrieg Bop yang juga membuatku bertanya-tanya kenapa menggunakan 2 lagu ini (pertanyaan serupa seperti ketika smashing cover berlin). Lagu pertama diawali dengan The American Dream Is Killing Me. Entrance Billie  Joe, Mike Dirnt dan TrĂ© Cool cukup menciptakan euforia di aku semacam otomatis teriak aaak gitu.

Highlite yg membekas dalam (petualangan) menonton Green Day

1. Akhirnya menonton bersama pasangan

Yes ini juga sebuah konser yg patut dirayakan karena saat ini sering shift-shift-an karena sudah memiliki anak, akhirnya bisa nonton berdua lagi. Meskipun pasangan mengaku poser haha tapi siapa sih yang tidak tau lagu-lagu Green Day. Setidaknya pasanganku tidak hanya mengetahui Wake Me Up When September Ends hahaha tumbuh besar bersama Dookie dan semua lagu di American Idiot. Terakhir kami menonton bersama adalah sebelum pandemi (ya 6 tahun silam) yaitu Scorpion dan Whitesnake. Dan waktu itu aku yg poser karena hanya tau Still Loving You (Scorpion), Is This Love dan Here I Go Again (Whitesnake) wahaha. Dengan menonton bersama di konser ini bisa sing along "Dearly beloved" bersama dan yang paling penting rasan-rasan bersama hahaha. Dan sungguh perjalanan pulang dan pergi sejauh itu lebih enak jika ada temannya (walau kalau sendirian pun tetep dilakoni). 

2. Berjalan dan berjalan dan berjalan 

(Berangkat) Sesungguhnya pengalaman ini yang paling membekas. Kami berangkat sebelum magrib menuju titik point yg kiranya sudah kami cek dan benar namun ternyata salah pintu (dan banyak sekali temannya). Pak ojol yg sungguh solutif menawarkan bantuan dengan lawan arah yg sungguh membuat komat kamit religius hahaha. Sampai di gerbang kami beradu koneksi internet yg tidak seberapa itu untuk login tiket agar terbeli tiket masuk ke Ancol. Perjalanan dimulai ke pintu venue yg wow ternyata jauh. Dengan kondisi habis jalan-jalan per hari 10ribu langkah wah… memang sudah pemanasan tapi ya kaki ini sungguh membutuhkan minyak gosok seketika haha. Sempat berhenti di toilet dekat pantai dulu sambil menghirup aroma pantai. Setelah sampai di pintu venue sudah sangat padat dan kami harus mengisi perut terlebih dahulu. Tidak hanya agar kuat berdiri tapi juga agar kuat jalan pulang hahaha. Cukup banyak booth makanan dan minuman. Tapi paling mencolok adalah booth sponsor berjejer seperti antangin, fatigon dan apalagi ku lupa. Sungguh merepresentasikan yg datang adalah segmen usia senja haha. Seharusnya ada booth kutus-kutus T.T. Kami menonton di Cat 1 yg sudah cukup penuh setengahnya. Cukup beragam yang datang tidak hanya orang-orang tua saja. Cukup banyak generasi seusiaku dan juga dibawahku. Banyak juga yg dress up. Wanita dan anak-anak (bukan balita ya) juga cukup banyak. Tidak se-segmented di konser smashing pumpkins.

(Pulang) Nah setelah 2 jam berdiri selama konser berjalan kami rest terlebih dahulu mengumpulkan niat untuk berjalan haha. Setelah menghubungi teman kami (habsari) kami niatkan untuk berjalan dan mencari tempat menunggu ojol. Dengan converse hitam ini sungguhlah tidak nyaman perjalanan pulang beberapa kali berhenti sebentar hingga bertemu teman kami pas di pintu keluar dan mengobrol  hingga jam 12 malam (sambil istirahat lagi). Setelah dirasa tidak begitu padat, yak perjalanan selanjutnya adalah kembali ke penginapan kami dengan memilih ojol secara offline. Kami melaju tanpa mengenakan helm (alhamdulillah tidak "cenglu" ya - banyak yg begini), tentu melawan arah #2 di jalur truk tronton itu, menerjang palang kereta yg sudah tertutup (yg aku bertanya2 kenapa harus diterjang, why, keretanya udah keliatan lagi), salah belok dan hampir ditabrak (untuk tangan ku ini sangat lihai seperti mbak2 suka touring untuk memberi sinyal slowdown). Akhirnya sampailah di penginapan dan ku ucapkan ke bapak ojol “terima kasih banyak pak atas petualangannya” bapak itu hanya tertawa. Sungguh seram sepanjang jalan berdoa semoga selamat sampai bertemu anakku kembali walaupun dijalan kami balut dengan ketawa2 aja sama bapaknya. Thanks pak.

3. Moment pertama kali menangis di konser

Sungguh cringe tapi bagaimana lagi memang begitu. Greenday membawakan setlist diawal era When I Come Around kemudian era 21 Guns balik ke Minority full sing along kompak bersama rombongan mbak-mbak di belakangku.  Setelah Brain Stew masuk ke American Idiot dan mengikuti urutan lagu di albumnya. Sebetulnya sepanjang lagu-lagu sebelumnya selalu membatin “wah akhirnya nonton live lagu-lagu motivasi punk rock ketika SMP-SMA” Nah ketika masuk ke lagu Are We The Waiting benar-benar throwback ketika SMP mendengarkan lagu ini di kamar dan berkhayal bisa menonton Green Day (pada saat itu seperti mimpi yang rasanya tidak akan terwujud). Langsung menitikkan air mata haha sungguh sentimentil, tidak seperti ketika The Strokes yg cengengesan. 


Konser selesai tepat waktu ditutup dengan manis Good Riddance (Time of Your Life) yg sungguh sangat ku maknai begitu dalam. Akhirnya bisa menyaksikan lagu ini dirangkul oleh suami tercinta. Dulu lagu ini hanya sebatas lagu buat latian main gitar karena lirik-lirik yg inspirasional bin motivasional pasti datang dari semacam Warning atau Macy’s Day Parade. Namun dewasa ini (halah) ternyata lirik Time of Your Life barulah sungguh bermakna. Seperti kata Billie Joe simpanlah smartphone mu dan nikmatilah momen saat ini karena kamu membayar bukan untuk merekam tapi untuk hadir dan menikmati konser ini dengan matamu sendiri. 

Sangat puas bisa bernyanyi bersama-sama Longview, When I Come Around, dan tentu St Jimmy!!! Walau Warning tidak dibawakan setidaknya Letterbomb ada! Thanks Green Day <3 (2 dari 5 band ku sudah ter checklist!) 





Tuesday, 14 October 2025

The Smashing Pumpkins di JIEXPO Oct 2025

“Today is the greatest day I've ever known.. Can’t live for tomorrow, tomorrow’s much too long”

Menyukai Smashing Pumpkins sebetulnya belum sebentar hihi masih lebih lama menyukai The Strokes. Tapi tau lah lagu 1979 dan tonight tonight tapi tidak ngulik. Sampailah ketika menonton podcast buluk bersama otong waktu itu cover Disarm. Wah lagu ini liriknya "mengundang". Akhirnya mendengarkan full Siamese Dream. Kemudian lanjut Mellon Collie.  Berhenti disitu dan mengagumi band ini. 

Ketika membaca pengumuman akan datang ke Jakarta dan di bulan oktober yg terbayang hanya lagu Thirty Three karena dibulan tersebut adalah bulan ulang tahun di usia 33 hahaha trus udah "berencana" menangis kalo lagu ini dibawakan (sayangnya tidak)

Konser ini adalah pengalaman menonton konser indoor setelah sungguh sangat lama sekali. Indoor dan berdiri. Tidak begitu crowded seperti yg aku takutkan. Dari pintu masuk ke venue juga terlihat masih ada space dan udara. Hanya ada sekitar 4 booth makanan dan 4 booth toilet portable saat itu. Cukup sempit area menunggunya. Setelah antri yang tidak begitu lama dan pengecekan yg tidak ketat2 amat masuklah ke CAT 1 yg ternyata jadi satu dengan VIP (baru tau). Waktu itu masih 1/4 penuh. Menunggu sambil duduk, mengobrol (bersama wednes) dan mengamati penonton lainnya (sekaligus overheard2). Acara dimulai pukul 20.00 tepat dengan diawali lagu Indonesia Raya. Diakhiri pukul 22.00 tepat juga tanpa ada tambahan lagu setelah “we want more”.

Highlite yang membekas dalam penampilan Smashing Pumpkins (bagi saya fans karbitan haha)

1. Lagu yg disuka dimainkan berturut2 dalam setlist

Setelah 2 lagu dimainkan, masuk ke lagu Bullet With Butterfly Wings - Today - 1979. Lalu dilanjutkan beberapa lagu dan sampailah mereka cover Berlin hahaha take my breath away. Sungguh aku penasaran kenapa mereka cover lagu ini. Mungkin kesukaan mereka? Setelah itu Billy Corgan duet gitar bersama James Iha dibawakanlah intro Mayonaise T.T. Billy lalu mengambil gitar akustik dan penonton sudah berteriak “Disarm! Disarm!” Dilanjutkan dengan Disarm - Tonight, Tonight - Cherub Rock. Dan berlanjut sampai lagu Zero dan lagu penutup The Everlasting Gaze. 

2. Penonton segmented

Sudah terlihat ketika baru masuk ke area ketemuanya bapak-bapak tua bersama istri (beberapa bersama anaknya). Mostly menggunakan baju ternyaman mereka, kaos dan jeans tentunya (tidak banyak yg berdandan dan aneh2). Kaos yg digunakan tentu kaos smashing pumpkins, cukup banyak. Mereka saling berinteraksi dan bergerombol. Tidak banyak gen Z (kecuali anak dari penonton) yg terlihat. Banyak musisi yg terlihat menonton juga. Melihat keadaan ini, diri ini yg awalnya cukup waspada apakah nanti akan chaos dan indoor dan apakah akan sesak napas wkwk jadi lebih optimis karena disini isinya sepuh2 hehehehe. 

3. Tidak terasa capek seperti konser Greenday

Karena awal tahun menonton green day dengan skema jalan kaki almost >3km dengan sepatu converse yg kurang nyaman itu sehingga membuat agak prepare ahaha. Tapi ternyata venue di jiexpo sangat bersahabat walau ada banyak acara jadi satu disini (Synchro, Art Jakarta dll) sungguh sangat santai dan smooth. Hanya capek karena berdiri 2 jam saja. Istirahat sebentar sambil ngobrol bersama teman kantor gen z (alvin) ternyata cepet sekali dapet gojek (online). Jadi tidak perlu call pak gojek yg anter yg sudah aku save nomornya itu haha (maaf ya pak ga jadi dpt rejeki lagi). Dan jam 11 sudah sampai hotel di Sarinah. 

Konser yg sangat lancar ga banyak fafifu, tepat waktu, profesional dan mengesankan sekali perfoma Smashing Pumpkins. Raungan gitar yg begitu clear. Billy Corgan yg apa ga sumuk memakai baju kesayangannya itu. James Iha yg mencoba bercanda tp pekewuh (ketika dia nyanyi mengikuti gira billy). Jimmy Chamberlin yg sungguh sangat powerfull! (biasanya lead guitar yg mencuri dengar tp kali ini drumnya sih eh semuanya deng!) Jack Bates yg begitu kalem dan fokus. Mba kiki wong sangat energic membangkitkan suasana dengan gitarnya.

Thanks Smashing Pumpkins sudah lewat di timeline kehidupanku!  







Monday, 18 August 2025

ERK x Barasuara di Gudang Sarinah 2016


Beberapa kali nonton The Adams cuma wacana atau cuma dapet keceran na na na nya Konservatif. Dan akhirnya kesampaian! Dari MC manggil mereka ke panggung sampai Halo Beni dibawakan. Lagu pertama itu Glorious Time. Hampir sing along semua lagu terutama Pijakkan hehehe. Favorit banget lagu ini sampai hampir semua orang tau.

Setelah The Adams tampil, MC agak panjang sehingga memutuskan mundur dan ketemu temen. Kelompok Penerbang Roket tampil selanjutnya. Tapi kita lagi makan jadi cuma dapet dikit lagu itupun memilih mundur lagi karena bising sekali… bukan masalah genrenya yg rock n roll tapi karena soundnya yang bikin gak nyaman banget dibandingkan The Adams tadi. 

Dan kutukan balung tuwo muncul, pas Barasuara nampil aku memilih ndeprok dulu. Tapi karena entah kenapa energi Barasuara malam itu yang sangat LHARBYASA akhirnya berdiri lagi. Mas Iga malem itu agak slengekan dikit. Di sela-sela break dia main intro Friday I’m in Love, Papercut sama apa lagi lupa hahaha. Mas Marco tetep idolaaa, ditambah pas lagu Bahas Bahasa adeknya diundang ke atas. Jadi drummernya ada dua…. Gilak itu si Gerrald udah ga ketulungan pecicilannya.

Setelah barasuara, keluarlah Jimi Multazam dengan sapaan myfren2 nya.. The Upstairs! Lagu pertama itu Gadis Gangster. Excited banget sih akhirnya kesampaian liat band lawas ini hahaha. Apalagi Percakapan dan Rocketship goes by dibawain, langsung menuju masa silam 2009. Guyonan yang nyebai namun cukup menyegarkan. Paling maksimal ketika Matraman keluar. Suka atmosfernya! Jam udah menunjukkan setengah 12 dan GE keluar… Cukup satu lagu untuk mengobati penasaran dan pulang dengan perasaan sukacita. Setelah konser ERK, konser ini cukup sangat berkesan sekali ☺

Konser yang tadinya udah ga niat nonton, harusnya malem itu udah di kereta pulang ke Jogja. Hampir ga jadi berangkat karena basah kuyup naik grab kemudian balik kos lagi malah lupa kalo ga bawa kunci. Ck. Untung dengan semangat teman-teman dan konspirasi semesta yang menuntun agar tidak melewatkan skena yang cukup berkesan ini. Hehehehe. Nyesel sih kalo ternyata aku ga mengambil keputusan ini dan milih buka laptop di kamar.

Sepertinya udah tutug ya kehidupan nonton konser hingar bingar ini. Apalagi yang mau di tonton? Dialog Dini Hari udah. Eh Navicula belum sih. Break dulu sampai pada waktunya Jazzatasawan Agustus besok ☺ Hehehe.



Terimakasih banyak Jakarta yang sudah menyukseskan kehidupan nonton konserku di fase bekerja ini, dari mas Mondo, bangkutaman sampai Lamb of God, Mayhem. Jadi suka Morfem dan Float juga karena ga sengaja nonton disini ☺ Frau adalah salah satu band Jogja yg malah bisa kesampaian nonton itu di Jakarta.


Cheers,

#hidupuntuknontonkonser 


Konser Tunggal ERK di Teater Jakarta TIM 2016

 Jakarta, 17 Januari 2016

Hmm mungkin agak gimana ya dengan tulisan berawalkan tanggal seperti ini hehehe tapi yasudahlah sepertinya perlu untuk diingat. 

Tahun 2016 mungkin menjadi tahun dimana teman-teman sebayaku menuliskan banyak keinginan atau cita cita yang perlu mereka capai. Untukku mungkin bukan kata banyak, tapi besar, besar keinginan. Begitu besarnya sehingga menjadikan terlalu serius mengawali tahun. 

Besar untuk menahan yang banyak.


Hari rabu kemarin di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, adalah salah satu hari beruntungku di awal tahun ini. Efek rumah kaca adalah salah satu band yang mengisi keseloan jaman SMA. Mereka menggelar konser untuk album barunya yang keluar akhir tahun kemarin. Konser Sinestesia. Pada awalnya harga tiket yang harus dibayarkan merasa agak mahal tapi berujung “tau gitu beli yang vip sekalian” hehe.


Konser ini adalah pengalaman nonton konser terlalu serius.

Ketika tirai dibuka dapat dilihat lebih dari 3 orang berdiri dipanggung. Ya, mereka diiringi semacam orkestra dan terdapat 4 penyanyi latar belakang. Tubuhmu membiru dibawakan. Sorot lampu menuju ke panggung bercahayakan putih. Eh ternyata kejutannya adalah cahaya yang ditampilkan ke panggung beda-beda warna. Setauku ada seniman yg berkolaborasi untuk mewujudkan tata cahaya di panggung yang luar biasa. Dan yang tak kalah memuaskan adalah sound di Teater ini manteb banget, karena baru pertama kali di teater ini,  ya mungkin selama aku nonton konser ini adalah sound paling memuaskan.


Sebanyak 13 lagu dari 2 album sebelum Sinestesia disuguhkan di sesi pertama. Kejutan lagi, Adrian keluar ketika lagu Jangan Bakar Buku akan dimulai. Membawa sesak haru melihat beliau dipapah diantarkan ke kursinya. Lagu selanjutnya adalah lagu favorit , Laki-Laki Pemalu.

Lalu tibalah di lagu Hujan Jangan Marah, muncul ribuan bintang jatuh secara cepat seperti di luar angkasa. Eh kurang tau ya maksutnya beneran bintang atau hujan ahaha. Tapi ternyata permainan bintang-bintangan itu membuat mataku puyeng ahahaha kemudian memilih merem. Lagu terakhir yang mengakhiri sesi pertama adalah Sebelah Mata. Adrian bernyanyi dari awal. Melemahkan pertahanan haru yang digengam kuat untuk tidak keluar. Sungguh aku serius sekali :( Oiya Melankolia dibawakan!!! Sayangnya Insomnia enggak dan beberapa pasti ada yang menyayangkan Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa.

 

Istirahat 15 menit molor digunakan untuk merasakan kepuasan atas lagu-lagu album sebelumnya yang dibawakan, karena awalnya kupikir cuma lagu di album sinestesia.

Tirai diangkat menandakan sesi kedua dimulai. Mereka berganti mengenakan kostum hitam dari kostum putih. Dibuka dengan Merah. Cahaya, pasti berwarna merah. Bagiku ini paling favorit dalam permainan cahaya, ya karena warna favorit. Lirik yang belum banyak hafal tapi tetep mencoba menikmati dan memekakan pendengaran. Lagi-lagi dengan serius menyimak.

Aku akan menjadi karang di lautan mereka, aku akan menjadi kanker dalam tubuh mereka”

Adalah hal favorit di lagu Merah. Biru, tertebak sudah urutan lagu yang persis dalam albumnya. Banyak penonton yang singalong karena single pasar bisa diciptakan sudah sering mereka bawakan. Begitu kompak, menyenangkan. Selanjutnya intro Jingga dimulai, semua kembali senyap. Lama-lama menopang dagu (ngantuk) hahaha… tidak.. lama lama terjun kedalam tingkat serius yg lebih dalam, asem memang, sedih. Selintas bertanya, apakah mereka yang dibacakan namanya oleh Adrian juga sedang mendengar? Dan kemudian aku terkesima sama mbak monika hapsari.. duh suaranya.. kemudian tertegun lagi. Lalu warna hijau tertembak ke panggung, warna yang cukup membuat mataku merasa harus merem lagi. Mungkin lagu ini yang tidak banyak meninggalkan bekas didalam keseriusanku hari itu hahaha. Setelah itu yang ditunggu-tunggu datang, Putih. Terjawab sudah begitu penasaran gimana kalau lagu ini dibawakan live. Putih adalah lagu yang pertama dengerin di soundcloud bikin merinding karena lirik yang begitu jero. Seperti sebelumnya tertegun lagi, lebih dalam.

"Dan kematian, keniscayaan."

Sangat suka ketika masuk kedalam bagian Ada, tiba-tiba suara suara ajaib mereka membawa ke nuansa bahagia haru dan tetep suara mbak monika hapsari bikin nggak quwquw. Lagu terakhir yaitu Kuning menutup keberuntungan dan keseriusan malam itu. Kuning ini intronya postrock2 yang sering ku dengerin, suka.

Karena cinta bersemayam dalam jiwa.

Penutupan dari konser, terlihat mereka bernyanyi bersama sama dengan atmosfir kepuasan dari mereka dan penonton yang sangat kental terasa. Usai sudah pertunjukan malam itu :)

Pengalaman nonton konser terlalu serius, mengiringi tahun dimana harus membuat keputusan-keputusan besar secara mandiri. Sangat bersyukur masih di Jakarta. Aku akan merindukan. 

Hehehe.

Salam




Hammersonic Hari Raya Metal di Senayan 2015


Akhirnya! Akhirnya nonton Jakarta International Metal Festival! Hammersonic!

Sebenernya akhir-akhir ini udah lama ga dengerin yang beginian, tapi karena emang dari dulu banget pengen yang namanya nonton konser metal (yang bener2 yang main band metal semua) dan lagi di Jakarta (kalau di Jogja mah ga bakalan) akhirnya tanpa pikir panjang langsung beli tiketnya. Ga kebagian Death vommit dan Mesin Tempur, masuk-masuk udah band lawas, roxx. Kemudian muter-muter cari mushola buat sholat magrib dan kembali menikmati sore itu sampai tengah malam.

Edan sih. Paling kerasa pas deathstar main, gila ini kuping tidak tertolong hahaha ntah kenapa soundnya tidak begitu nyaman. Deathstar menjadi serasa aneh sekali di telinga. Kemudian kembali ke semula, grincore, deathmetal, trash metal gitu yang masih familiar. Kemudian munculah MAYHEM si band black metal. Band-band sebelumnya itu ya kayak biasa, kaos metal gondrong headbang. Eh Deathstar berkostum sih, tapi biasa aja. NAH SI MAYHEM ini baru kali ini nonton yang kayak gini, edan sih. Vokalisnya nggetih nggetih gitu... Gitarisnya pake jubah item. Satanic abis lah. Ga lupa dibawa tu tengkorak nya. Dan tali dadung buat gantung diri. Edan sih. Daripada Lamb of God kayaknya Mayhem ini yang paling ke highlights di memori Hammersonic ku hahaha. Sadis. Bengis.


Tujuan nonton ini selain emang nyenengin telinga (yang berujung mbenging-mbenging) tapi ada tujuan lain, yaitu mengamati penonton.


1. Mbak berjilbab

Perasaan sebelum masuk gerbang si hammersonic ini ngerasa asing, karena aku cewek sendiri dan berjilbab. Setelah masuk, ternyata ya.. bisa sampe 10 lah ya mbak mbak berjilbab disini, ya 10 doang yang penting ada temennya. Entah itu mbak mbak yang pengen ngeksis (bawa tongsis, foto sambil cium “mas mas bule metal”), atau cuma nemenin pacarnya, atau emang mau studi banding (serius, aku liat mbak mbak stelan rohis pake rok), atau emang pengen nonton B)

2. Keluarga

Pas nonton roxx, tiba tiba munculah seorang ibu ibu metal nggandeng anaknya cabi lucu pake rok dan bersepatu boots. Kemudian anaknya disuruh foto sama gerombolan “mas mas bule metal” tapi tu.. pose anaknya ga enak banget ahaha mungkin sesungguhnya dedeknya pengen ke islamic bookfair aja lebih adem.

3. Mas-mas

Yoiyolah yo, mas mas. Bapak-bapak juga banyak sih. Mas mas disini dari mas mas gondrong, mas mas gimbal, mas mas biasa aja, mas mas kumisan,  “mas mas bule”, mas mas medeni apalagi. Diantara mas mas ini, kelompok mas mas yang menguasai adalah mas mas berkacamata. Ntah kenapa. Mungkin bisa dicari korelasi antara metal dan mata minus.

4. Mbak-mbak cantik dan asik dan metal

Ternyata mbak mbak suka metal cantique2 dan pasti rambut panjang.

5. Pedagang aqua

ya gitu.. kadang mengganggu kadang datang seperti malaikat



Kalau ditanya, mau kesana lagi ga besok? bakal bilang ga akan sih ahahaha kecuali emang ditakdirkan kesana -_- 8 jam berdiri super pegel sampai pas Lamb of God mau ngangguk-ngangguk dikit udah pusing, usia memang. Dan besoknya senin, besoknya ngantor. Mantap.



But overall sangat mengesankan pengalaman hammersonic pertamaku! All hail black metal!

Most Popular